ARTVISI.or.id : Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meminta kepada lembaga penyiaran radio dan televisi meningkatkan produk konten lokal yang sehat dan berkualitas. Sehingga beragam konten produk asing tidak lagi menggerus budaya bangsa serta menguasai siaran media elektronik.
“Indonesia minim dalam kreativitas konten, sehingga saluran begitu banyak tapi konten yang masuk adalah produk asing atau impor. Konten asing mendominasi, bahkan rating TV nasional kini dikuasai oleh beragam program konten asing,” ungkap Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yuliandre Darwis, sebagaimana dikutip dari laman KPI.go.id, Jumat, (26/5/2017).
Yuliandre juga mengatakan, masyarakat mempunyai harapan besar pada lembaga penyiaran menayangkan atau menginformasikan berbagai konten yang sehat, berkualitas, serta berkatakter.
Menurutnya, melalui ide kreatif dan inovatif, kekayaan budaya dan keragaman yang ada di pelosok daerah bisa dikemas menjadi konten lokal sehat, dan berkualitas. Bahkan sebenarnya tidak kalah menarik dengan konten produk Korea, Turki, India, ataupun negara tetangga lainnya yang kerap menghiasi layar kaca.
Selain itu, perlu mengangkat semangat keberagaman. Hal itu harus dimanfaatkan untuk membangun bangsa yang diwujudkan dalam karya-karya anak bangsa, termasuk beragam konten lokal yang disiarkan radio dan televisi.
Sehingga menjadi literatur perjalanan bangsa Indonesia sebagai negara besar dan kaya seni budaya. Mengingat dominasi konten asing merupakan problematika yang harus dijawab semua bersama.
“Di antara 250 juta rakyat Indonesia ternyata masih minim dalam memproduksi berbagai kreasi tentang Bangsa Indonesia. Ayo munculkan 10 persen konten lokal. Bangsa ini besar dan bisa menciptakan produksi-produksi seperti Korea, India, dan turki,” jelasnya. (DH/MTD)